Minggu, 21 Februari 2021

BIMBINGAN TEKNIS I : PENGELOLAAN SAMPAH DI PEDESAAN

Dusun Soka, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kab Bantul. 
Rabu, 27 Januari 2021

Mendampingi mahasiswa KKN-IT UMY angkatan 132, memberikan penyuluhan tentang "Pengelolaan Sampah di Pedesaan dan Pemanfaatannya untuk Mendukung Ketahanan Pangan di masa Pandemi". 
Peserta Bimtek adalah perwakilan ibu-ibu anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Ds. Soka
Materi yang diberikan mencakup: 
1) Pengelolaan Sampah Organik; 
2) Pengelolaan Sampah Non Organik; 
3) Teknik Pemilahan Sampah
Penyuluhan akan dilanjutkan dengan pendampingan teknis pembuatan aktivator decomposer (MOL), pembuatan kompos Bokhasi, pengolahan sampah rumah tangga dengan komposter ember tumpuk, pemanfaatan pupuk organik untuk pengembangan Warung Hidup dan Apotik Hidup. Pelatihan lain yang juga diberikan adalah: praktek manajemen bank sampah, pembuatan pot dengan bahan kain bekas.

Narasumber: Nike Triwahyuningsih; Yuli Pratiwi








  


Selasa, 03 November 2020

Bimbingan Teknis Pembuatan Biopestisida untuk Tabulampot

BIMBINGAN TEKNIS PEMBUATAN BIOPESTISIDA

BERKUNJUNG KE KAMPUNG JAMBU, KAMPUNG IKLIM
Gemblakan Atas, Kalurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta
Rabu, 21 Oktober 2020

Kampung ini berada di tengah kota Yogyakarta yang cukup padat dengan perumahan yang berhimpitan. Tetapi ada yang unik dengan kampung ini. Setiap rumah memiliki berbagai jenis tanaman jambu air yang sedang lebat-lebatnya berbuah. Ada tidak kurang 14 jenis jambu air yang ditanam sejak 1-2 tahun yang lalu. Sekarang warga sedang menikmati panen raya.

Berbagai produk hasil olahan jambu juga sudah dihasilkan, dengan pengemasan yg cukup bagus, dan beberapa di antaranya sudah masuk supermarket. Dodol, manisan, sambel, keripik, eggroll, syrup, dan produk-produk lain yg jumlahnya tidak kurang dari 35 macam, tentu sudah melewati usaha uji coba yang tidak sebentar. Jika tidak ada pandemi, warga bahkan berencana untuk mencatatkan berbagai variasi produk tsb ke MURI.

Saya datang bersama Ir. Nizaruddin (konsultan pertanian), dengan didampingi ibu Ir. M.A. Dwi Astuti (Kepala Sekdi BUB dan sekaligus Plt Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta) dan bapak Ir. Eka Yulianto (Ketua Kelompok Tani Perkotaan Sidodadi Tompeyan Tegalrejo) untuk memberikan bimbingan teknis "Budidaya Jamu Air dan Pemasaran". Secara khusus saya diminta untuk memberikan bimbingan dan pelatihan tentang "Bipestisida/Pestisida Hayati, Solusi Pertanian Ramah Lingkungan untuk Pengendalian Hama dan Penyakit Jambu AIr".

Pada bimtek ini diberikan pelatihan 5 teknik pembuatan biopestisida berdasarkan hama/penyakit sasaran, yaitu:
1. Biopestisida nasi basi untuk hama kutu kebul, ulat, belalang
2. Biopestisida daun pepaya untuk hama ulat, aphid, rayap, belalang, dan ulat bulu
3. Biopestisida empon-empon untuk hama semut, larva ulat, ulat bulu
4. Biopestisida bawang putih untuk hama nematoda (cacing akar)
5. Pembuatan Atraktan Petrogenol untuk hama lalat buah

 



Materi dapat dilihat di: Materi Bimtek Biopestisida

Rabu, 28 Agustus 2019

Pelatihan Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga dan Craft Tulip dari Botol Plastik

Kata kunci: pengolahan sampah, composting, crafting

Gambar 1. Pelatihan pengolahan sampah organik dan sampah non organik bersama mahasiswa KKN dan ibu-ibu PKK di Garduaction pantai Parangtritis Yogyakarta.

Seiring pertumbuhan jumlah penduduk dan berkembangnya aktivitas sosial ekonomi masyarakat, sampah merupakan bagian yang tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan kita. Sampah merupakan sisa-sisa kegiatan manusia yang umumnya tidak digunakan lagi karena sudah dianggap sebagai barang yang tidak bermanfaat. Sampah berasal dari hampir seluruh aktivitas manusia baik di rumah tangga, industri, restoran, rumah sakit, tempat wisata, dan masih banyak yang lainnya. 

Jenis sampah sangat beragam, umumnya dikelompokkan menjadi dua katagori yaitu sampah organik dan non organik. Sampah organik berasal dari makhluk hidup baik yang masih hidup, yang sudah mati, maupun sisa-sisa hasil degradasinya. Sampah organik ini dapat hancur atau terdegradasi secara alami dalam waktu yang relatif singkat. Namun demikian, karena jumlahnya lebih dari 70% dari total sampah yang dihasilkan manusia, maka diperlukan penanganan secara cepat. Sampah organik dapat diolah menjadi berbagai macam bahan untuk sarana produksi pertanian (pupuk organik, fitohormon, sumber MOL, pakan ternak, dll), juga sebagai sumber bahan energi baru terbarukan (bio-ethanol, biodiesel, biogas, biobriket, biopellet, dll). 


 
 Gambar 2. Pembuatan kompos dan pupuk cair dengan komposter

 Gambar 3. Pembuatan bokhasi dari sampah rumah tangga

Sementara itu, sampah non organik umumnya berasal dari bahan-bahan sintetik atau hasil olah cipta manusia yang tidak mudah terdegradasi secara alami. Proses penghancuran sampah non organik berjalan lebih lama dibandingkan sampah organik, bisa beberapa bulan hingga ratusan tahun, tergantung dari jenis bahan penyusunnya. Berbagai jenis sampah non organik di antaranya kertas, karton, plastik, foil, gelas/kaca, kaleng, asbes, styrofoam, ban bekas, dan masih banyak yang lain. Untuk sampah jenis ini kita bisa lakukan kegiatan 3R yaitu reduce, reuse, dan recycle.

Gambar 4. Recycle botol plastik menjadi bunga tulip

Untuk mengurangi jumlah dan jenis sampah organik maupun non organik, kita dapat melakukan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah harus dimulai dari rumah, karena sampah rumah tangga jumlahnya terus meningkat.
Berbagai program juga banyak ditawarkan sebagai upaya meminimalisir jumlah sampah, dan pada saatnya nanti kita akan menuju ke zero waste society.

Gambar 4. Para peserta pelatihan 

Kontributor:
1. Nike Triwahyuningsih, INTAN Yogyakarta, JPSM AMOR Kabupaten Bantul
2. Budi Anto, Komunitas Garduaction
3. Purwanti Andayani, JPSM AMOR Kabupaten Bantul
4. Mahasiswa KKN ITY Yogyakarta

Bank Sampah dan Pengelolaan Sampah Mandiri di Pedesaan

Sosialisasi Sekolah Sampah Ar Raihan Bantul

PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK UNTUK PEMBUATAN KOMPOS DAN PUPUK CAIR

Nike Triwahyuningsih

Kompos adalah hasil penguraian berbagai macam bahan organik, umumnya  dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, secara aerobik ataupun anaerobik. Pengomposan merupakan proses penguraian bahan organik secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba pendegradasi yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi dan sumber karbon untuk pertumbuhannya. Dalam pembuatan kompos proses-proses alami tersebut diatur dan dikontrol sedemikian rupa agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Kompos dapat dibuat dari berbagai macam bahan organik di antaranya dedaunan, kotoran hewan, sisa makanan, termasuk sampah pada umumnya. Proses ini mencakup pembuatan campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator. Aktivator, sering disebut juga sebagai stimulator atau starter, merupakan inokulum campuran mikroba pendegradasi bahan organik atau sampah tersebut.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ± 80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. Daerah Istimewa Yogyakart menghasilkan tidak kurang dari 2000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Sampah organik dihasilkan dari banyak sumber antara lain pasar, rumah tangga, rumah makan/restoran, hotel, rumah sakit dan lain sebagainya. Melihat besarnya jumlah sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, disini terlihat adanya potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik atau kompos, demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Fungsi dan Manfaat Kompos Sebagai Pupuk
Sebagai pupuk, kompos berfungsi untuk:
1.      Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2.      Memperbaiki tekstur dan struktur tanah.
3.      Meningkatkan aerasi dan drainase
4.      Menambah kemampuan tanah untuk menyerap panas dan air
5.      Mengurangi risiko terjadin ya erosi
Kompos memperbaiki tekstur dan struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti menjadikan hasil panen lebih tahan lama disimpan, lebih berat/bernas, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1.      Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan sampah
2.      Mengurangi volume dan timbunan sampah
3.      Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan bahan asalnya

Aspek Lingkungan dan Kesehatan:
1.      Mengurangi polusi udara akibat pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah yang membusuk oleh bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2.      Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan, mengurangi beban TPA/TPST
3.      Mengurangi risiko penyakit yang terbawa oleh udara, tanah atau air

Aspek Perbaikan Tanah dan Tanaman:
1.      Meningkatkan kesuburan tanah
2.      Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3.      Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4.      Meningkatkan populasi dan aktivitas mikroba tanah
5.      Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, jumlah panen)
6.      Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7.      Menekan pertumbuhan dan serangan penyakit tanaman
8.      Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, K dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengaruhi serapan hara oleh tanaman.

Bahan-Bahan Yang Dapat Dikomposkan
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut. Bahan yang paling baik menurut ukuran waktu, untuk dibuat menjadi kompos dinilai dari rasio karbon dan nitrogen di dalam bahan / material organik seperti limbah pertanian: ampas tebu dan kotoran ternak serta bahan-bahan tersebut di atas.

Proses Pengomposan
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Pada proses pengomposan secara aerobik, mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik.

A. Cara Membuat Kompos Secara Aerobik
Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50 - 70 oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.

B. Cara Membuat Kompos Secara Anaerobik (Fermentasi)
Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya memerlukan inokulan mikroorganisme (starter) untuk mempercepat proses pengomposannya.  Inokulan terdiri dari mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat, seperti mikroorganime efektif. Di pasaran tersedia berbagai jenis inokulan padat dan cair dari berbagai merek misalnya EM4 (cair), Stradec, Superbio, Probio, dll (padat). Apabila tidak tersedia dana yang cukup, kita juga bisa membuat sendiri inokulan efektif mikroorganisme, dan kita mengenalnya sebagai mikroorganisme lokal (MOL). Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob.
1.     Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan yang lunak terdiri dari sampah rumah tangga, limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara lain, hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran kambing, dll. Rajang bahan tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.
2.     Siapkan aktivator dekomposer/MOL sebagai starter. Caranya, campurkan 1-2 cc decomposer dengan 1 liter air dan 10 gram gula, kemudian diamkan 24 jam.
3.     Ambil wadah (ember, tong, komposter, atau yang lain), taruh bahan organik yang sudah dirajang halus dalam wadah. Kemudian semprotkan larutan decomposer/MOL yang telah diencerkan tadi. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang lembab bisa disemprotkan air.
4.     Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45oC. Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape.

Bagaimana Cara Meningkatkan Kualitas Kompos ?
Untuk meningkatkan kualitas kompos, bisa ditambahkan bahan-bahan yang mengandung nutrisi baik dan zat pengatur tumbuh. Beberapa bahan yang bisa ditambahkan antara lain : air cucian beras, air sisa seduhan teh, sampah sayuran dan buah-buah, sampah kecambah, dll.

Cara Sterilisasi Pupuk Organik Cair
Untuk mencegah berkembangnya kuman penyakit yang dibawa oleh pupuk organik cair, perlu dilakukan upaya sterilisasi. Sterilisasi yang paling umum dilakukan adalah melalui Pasteurisasi.
Bahan pupuk cair yang akan dipasteurisasi dimasukkan ke dalam panci kemudian dipanaskan sampai suhu 70oC. Selanjutnya pertahankan suhu pada 70oC, dengan cara mengatur nyala api, selama kurang lebih 15 menit. Setelah 15 menit, selanjutnya api dimatikan. Biarkan sampai dingin, dan pupuk cair siap digunakan.

Cara Pemakaian Pupuk Organik Cair
Berbeda dengan kompos yang pemakaiannya dengan cara dicampurkan pada media tanam, pemakaian pupuk cair umumnya dengan cara disemprotkan. Penyemprotan dapat dilakukan di tanah dekat perakaran, dapat juga disemprotkan melalui daun. Penyemprotan melalui daun dapat berhasil lebih baik, mengingat nutrisi dari pupuk cair akan langsung diolah di dalam daun. Dalam hal penyemprotan melalui daun ini, sebaiknya disemprotkan pada permukaan atas dan bawah daun. Tujuannya agar larutan pupuk dapat langsung diserap oleh mulut daun (stomata).

Daftar Pustaka
Nike Triwahyuningsih. 2005. Karakteristik kimiawi kompos enceng gondok dan jerami hasil dekomposisi dengan aktivator alami dan buatan. Jurnal Planta Tropika  Vol 1, No 1 (2005).  http://journal.umy.ac.id/index.php/pt/issue/view/359
Pamella Fricylia. 2019. Cara Membuat Pupuk Kompos dari sampah rumah tangga. 8 Juli 2019. https://www.99.co/blog/indonesia/cara-membuat-pupuk-kompos/
Putro S. Kurniawan. 2019. Cara membuat kompos. Alamtani Blog Agribisnis dan Hobi. Diakses tanggal 29 Agustus 2019. https://alamtani.com/cara-membuat-kompos/

 Sampah kebun pun bisa dikomposkan

 Pengomposan sampah kebun dan sampah rumah tangga dengan drum

Sampah rumah tangga