PENGOLAHAN
SAMPAH ORGANIK UNTUK PEMBUATAN KOMPOS DAN PUPUK CAIR
Nike Triwahyuningsih
Kompos adalah
hasil penguraian berbagai
macam bahan organik, umumnya dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, secara
aerobik ataupun
anaerobik. Pengomposan merupakan
proses penguraian
bahan organik secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba pendegradasi
yang memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi
dan sumber karbon untuk pertumbuhannya. Dalam pembuatan kompos proses-proses alami tersebut diatur
dan dikontrol sedemikian rupa agar kompos dapat
terbentuk lebih cepat. Kompos
dapat dibuat dari berbagai macam bahan organik di antaranya dedaunan, kotoran
hewan, sisa makanan, termasuk sampah pada umumnya. Proses ini mencakup
pembuatan campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator. Aktivator, sering disebut juga sebagai stimulator atau
starter, merupakan inokulum campuran mikroba pendegradasi bahan organik atau
sampah tersebut.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan
anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ± 80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan
yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin
tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan
menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke
udara. Daerah Istimewa Yogyakart menghasilkan tidak
kurang dari 2000 ton sampah setiap
harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Sampah organik dihasilkan dari banyak
sumber antara lain pasar, rumah tangga, rumah makan/restoran, hotel, rumah
sakit dan lain sebagainya. Melihat besarnya jumlah sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, disini terlihat adanya
potensi untuk mengolah sampah organik menjadi
pupuk organik atau kompos, demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Fungsi dan
Manfaat Kompos Sebagai Pupuk
Sebagai pupuk, kompos berfungsi untuk:
1. Memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2. Memperbaiki
tekstur dan struktur tanah.
3. Meningkatkan
aerasi dan drainase
4. Menambah
kemampuan tanah untuk menyerap panas dan air
5. Mengurangi
risiko terjadin ya erosi
Kompos memperbaiki tekstur
dan struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah
juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti
menjadikan hasil panen lebih tahan lama
disimpan, lebih berat/bernas, lebih segar, dan lebih
enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa
aspek:
Aspek Ekonomi :
1.
Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan sampah
2.
Mengurangi volume
dan timbunan sampah
3.
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan bahan asalnya
Aspek Lingkungan dan Kesehatan:
1.
Mengurangi polusi udara akibat pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah yang membusuk oleh bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2.
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan, mengurangi
beban TPA/TPST
3.
Mengurangi
risiko penyakit yang terbawa oleh udara, tanah atau air
Aspek Perbaikan
Tanah dan Tanaman:
1.
Meningkatkan kesuburan tanah
2.
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3.
Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4.
Meningkatkan populasi
dan aktivitas mikroba tanah
5.
Meningkatkan kuantitas
dan kualitas hasil panen
(rasa, nilai gizi, jumlah panen)
6.
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7.
Menekan pertumbuhan dan serangan penyakit tanaman
8.
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya
merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan
kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah
meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan
transfer hara tertentu seperti N, P, K dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengaruhi serapan hara oleh
tanaman.
Bahan-Bahan Yang Dapat Dikomposkan
Pada dasarnya semua bahan-bahan
organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga,
sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan,
limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas,
limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit
untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut. Bahan yang paling
baik menurut ukuran waktu, untuk dibuat menjadi kompos dinilai dari rasio
karbon dan nitrogen di dalam bahan / material organik seperti limbah pertanian:
ampas tebu dan kotoran ternak serta bahan-bahan tersebut di atas.
Proses pengomposan dapat terjadi
secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Pada proses pengomposan secara aerobik, mikroba menggunakan oksigen dalam proses
dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa
menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik.
A. Cara
Membuat Kompos Secara Aerobik
Proses
pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif
dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan
senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba
mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan
diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50 -
70 oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba
yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif
pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik
yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen
akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas.
Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut,
yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi
penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 –
40% dari volume/bobot awal bahan.
B. Cara
Membuat Kompos Secara Anaerobik (Fermentasi)
Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya memerlukan
inokulan mikroorganisme (starter)
untuk mempercepat proses pengomposannya. Inokulan terdiri dari
mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat,
seperti mikroorganime
efektif. Di pasaran tersedia
berbagai jenis inokulan padat dan cair dari berbagai merek misalnya
EM4 (cair), Stradec, Superbio, Probio, dll
(padat). Apabila tidak tersedia dana yang cukup, kita juga
bisa membuat sendiri inokulan efektif mikroorganisme, dan kita mengenalnya sebagai
mikroorganisme lokal (MOL). Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob.
1.
Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan yang
lunak terdiri dari sampah
rumah tangga, limbah tanaman atau hewan.
Bahan yang bisa digunakan antara lain, hijauan tanaman, ampas tahu, limbah
organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran kambing, dll. Rajang bahan tersebut
hingga halus, semakin halus semakin baik.
2.
Siapkan aktivator dekomposer/MOL sebagai starter. Caranya, campurkan 1-2 cc decomposer dengan 1 liter air dan 10 gram gula, kemudian diamkan 24 jam.
3.
Ambil wadah
(ember, tong, komposter, atau yang lain), taruh
bahan organik yang sudah
dirajang halus dalam
wadah. Kemudian semprotkan
larutan decomposer/MOL
yang telah diencerkan tadi.
Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang lembab
bisa disemprotkan air.
4.
Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani
proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45oC. Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk
kompos yang matang dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape.
Bagaimana
Cara Meningkatkan Kualitas Kompos ?
Untuk meningkatkan kualitas kompos,
bisa ditambahkan bahan-bahan yang mengandung nutrisi baik dan zat pengatur
tumbuh. Beberapa bahan yang bisa ditambahkan antara lain : air cucian beras,
air sisa seduhan teh, sampah sayuran dan buah-buah, sampah kecambah, dll.
Cara Sterilisasi Pupuk Organik Cair
Untuk mencegah berkembangnya kuman penyakit yang
dibawa oleh pupuk organik cair, perlu dilakukan upaya sterilisasi. Sterilisasi
yang paling umum dilakukan adalah melalui Pasteurisasi.
Bahan pupuk cair yang akan dipasteurisasi
dimasukkan ke dalam panci kemudian dipanaskan sampai suhu 70oC. Selanjutnya pertahankan suhu pada 70oC, dengan cara mengatur nyala api, selama kurang
lebih 15 menit. Setelah 15 menit, selanjutnya api dimatikan. Biarkan sampai
dingin, dan pupuk cair siap digunakan.
Cara Pemakaian Pupuk Organik Cair
Berbeda dengan kompos yang
pemakaiannya dengan cara dicampurkan pada media tanam, pemakaian pupuk cair
umumnya dengan cara disemprotkan. Penyemprotan dapat dilakukan di tanah dekat
perakaran, dapat juga disemprotkan melalui daun. Penyemprotan melalui daun
dapat berhasil lebih baik, mengingat nutrisi dari pupuk cair akan langsung
diolah di dalam daun. Dalam hal penyemprotan melalui daun ini, sebaiknya
disemprotkan pada permukaan atas dan bawah daun. Tujuannya agar larutan pupuk
dapat langsung diserap oleh mulut daun (stomata).
Sampah kebun pun bisa dikomposkan
Pengomposan sampah kebun dan sampah rumah tangga dengan drum
Sampah rumah tangga